Metode magnetik merupakan salahsatu metode geofisika tertua yang
mempelajari karakteristik medan magnet bumi. Sejak lebih dari tiga abad yang
lalu telah diketahui bahwa bumi merupakan magnet yang besar. Bentuk bumi
sendiri tidak benar-benar bulat dan material penyusunnyapun tidak homogen, hal
ini mengakibatkan perubahan-perubahan pada lintasan garis gaya magnet. Penyimpangan
inilah yang disebut anomali geomagnet. Metode magnetik mendasari survei
geofisika dalam pencarian jebakan mineral dan struktur bawah permukaan bumi
secara signifikan.
TEORI DASAR
Bumi sebagai benda magnet telah di kenal sejak
lama. Prinsip dasar dari metode magnetik ini ialah Hukum tarikan Coulomb. Satuan kuat kutub ditentukan
oleh syarat bahwa gaya magnetik (F) = 1 dyne cgs. Bila mana dua kutub terpisah
1 cm tanpa media seperti udara (nilai permeabilitas udara = 1). Kutub medan magnet (H) tersebut
dinyatakan dengan 1 Oested atau Gaus.
Gaya Magnet (F)
Menurut hukum Coulomb untuk kutub magnetik, jika dua
buah kutub magnet m1 dan m2 yang terpisah sejauh r, maka
akan timbul gaya
di antara keduanya sebesar:
F= (m1 m2/µr2)r1
Dimana: F = Gaya dalam dyne terhadap m1
dan m2
µ
= Permeabilitas magnet
r = Jarak antara dua kutub m1
ke m2
Konstanta µ = permeabilitas tergantung sifat magnet dari medium di mana kutub tadi
berada. Satuan kutub magnet m1 dan m2 disebut
magnet yang memiliki daya. Satuan daya atau kekuatan kutub ditentukan F=1 dyne,
bila dua satuan kutub dipisahkan oleh jarak 1 cm, dan berada dalam suatu medium
yang non magnetic misalkan udara, maka µ
= 1
Jika kedua
benda memiliki arah garis gaya
magnet yang berlawanan arah, maka kedua benda akan saling tarik menarik.
Kuat Medan Magnet (H)
Kuat medan magnet yang dinyatakan dengan (H) di suatu titik di
definisiksn sebagai gaya persatuan kutub yang
bekerja pada suatu kutub dengan kuat medan
magnet pada titik yang berjarak r dari kutub m adalah:
Medan magnet tersebut umumnya dinyatakan sebagai
garis-garis gaya yang menunjukan medan magnet. Besaran H
dinyatakan dalam oersted yaitu dyne persatuan kutub dan yang dinyatakan dengan
jumlah garis gaya
magnet. Jadi makin besar gaya magnet maka makin
banyak garis gaya
magnet tersebut (dalam CGS).
Momen Magnet (M)
Satuan kutub
terdiri dari kutub +m dan –m saling berlawanan arah yang dipisahkan oleh jarak l, maka moment magnetiknya dapat
didefinisikan sebagai berikut:
M = F.l
M = ml r1 = M r1
+m=-m
Intensitas Magnet (I)
Suatu benda
magnetik ditempatkan dalam suatu medan magnet
luar, maka benda tersebut akan termagnetisasi oleh medan magnet luar tersebut (terimbas). Benda
yang terimbas oleh medan magnet luar tersebut
akan memiliki intensitas dan arah kutub yang sama dengan medan yang mengimbas. Secara matematik di definisikan dalam
momen magnet persatuan volume, yaitu:
Intensitas magnet selalu mengarah kepada medan
magnet yang mengimbasnya, kekuatannya sama dengan medan yang mengimbasnya.
Kerentanan / Magnetik Suseptibility (k)
Suatau benda / material diletakkan pada medan
magnet luar (H), maka intensitas magnetik (I) akan berbanding lurus dengan kuat
medan luar yang menginduksinya. Jadi suseptibilitas dapat diasumsikan sebagai
kemampuat suatu benda / material untuk terinduksi oleh magnet luar, yang
didefinisikan sebagai berikut:
Dimana k=0 untuk
ruang hampa.
Dari persamaan
di atas, suseptibilitas merupakan besaran yang menyatakan kemampuan suatu
batuan/mineral dalam memberikan respon terhadap medan magnet luar. Kemampuan suatu benda
untuk terinduksi, tergantung pada batuan atau mineral yang menyusunnya. Dimana
“k” dinyatakan dalam satuan “cgs” sebagai 10-6 emu/ cc atau cgsu.
1 cgsu = 4µ(10-3) SI
1SI=1/4 µ cgs
Induksi Magnet (B)
Kutub magnet pada suatu benda / material yang terimbas oleh medan magnet
luar (H) akan menghasilkan medan magnet itu sendiri H’, kemudian di hubungkan
dengan intensitas magnet I ditunjukan oleh rumus:
H’=4π I
Induksi magnet (B), didefinisikan
sebagai medan
magnet total dalam suatu bidag magnetik. Merupakan penjumlahan dari kuat medan magnet luar dan medan magnet dalam, dengan rumus:
B=H+H’ atau B=H+4πI
Dengan menggabungkan persamaan di atas dengan
persamaan sebelumnya, maka diperoleh:
B=H+4kH
= (1+4µk)H maka B=µH
Dimana µ = Permeabilitas medium
Permeabilitas
medium merupakan suatu ukuran modifikasi oleh induksi pada gaya
tarik atau gaya
tolak antara kutub magnetik.
Dimana: µ =
Permeabilitas medium
B = Induksi magnet
H = Medan magnet
K = Kerentanan magnet (Magnetic
Suceptibility)
Hysteresis Loop
(Lengkung hysteresis)
Hysteresis loop
ini menunjukan tentang hubungan B dengan H kedua besaran ini dapat menjadi
rumit pada bahan-bahan magnet yang banyak mengandung mineral-mineral
ferromagnetic, seperti di tunjukkan pada gambar berikut ini:
Bila suatau benda magnetik
dimagnetisasi, B akan meningkat sesuai dengan bertambahnya H, sehingga
cenderung mendatar karena kejenuhannya. Bila secara perlahan-lahan medan magnet di tiadakan,
penurunan kurva tidak melintasi kurva yang sebelumnya dan menuju nilai B
positif saat H=0. ini di kenal sebagai magnetisasi sisa (residual magnetism) dari benda tersebut. Ketika H di kembalikan,
maka B menjadi 0 pada H yang negatif, dikenal sebagai gaya paksaan (coercive force).
Sebagian dari kurva histeresis
diperoleh pada posisi H yang lebih negatif, sehingga kejenuhan magnetisasi
tercapai kembali dan kemudian mengembalikan H pada posisi saat kejenuhan
positif semula. Sepanjang sumbu tegak dengan lintasannya pada kurva, dapat ditentukan
pengkutuban magnet induksi pada saat medan
magnet dihilangkan. Sedangkan pada sumbu datar, yang di tentukan adalah berapa
besar medan
magnet yang berlawanan diperlukan untuk meniadakan induksi magnetik.
Sifat-sifat Kemagnetan Batuan dan Mineral
Kekuatan batuan / mineral untuk
terimbas oelh medan magnet luar dapat dibedakan menjadi beberapa bagian,
tergantung dari atom-atom penyusunnya, seperti Diamagnetik, Paramagnetik,
Ferromagnetik, ferrimagnetik, dan Antiferromagnetik. Di bawah ini merupakan
penjelasan dari masing-masing bagian.
1. Diamagnetik
Batuan yang berkategori diamagnetik
mempunyai harga suseptibilitas (k) negatif, sehingga intensitas imbasan dalam
batuan / mineral tersebut memberikan efek magnet lemah dan mengarah berlawanan
dengan gaya medan magnet tersebut. Hal ini terjadi karena
dalam batuan yang mempunyai kulit electron yang telah jenuh atau tiap electron
telah memiliki pasangan, sehingga electron tersebut akan berpresisi jika
mendapat medan
magnet luar (H). Contoh batuan diamagnetik antara lain: Marmer, Grafit, Bismut,
Garam, Kuarsa, dan Gipsum atau Anhidrit.
2. Paramagnetik
Batuan / mineral paramagnetik
mempunyai susceptibilitas batuan (k) positif dan sedikit lebih besar dari satu.
Interaksi antar atomnya lemah, karena kulit electron terluar belum jenuh (tidak
berpasangan). Electron-electron tersebut akan mengisi tempat yang kosong
terlebih dahulu sebelum berpasangan.
Adapun momen magnetik batuan paramagnetik
ini menyebar secara acak seiring perubahan suhu. Tetapi bila diberi medan magnet luar, momen magnetnya akan searah dengan medan magnet luar, sehingga memperkuat medan magnet luar. Contoh batuan jenis ini
antara lain: Piroksen, Olivin, Granit, Biotit dll.
3. Ferromagnetik
Besi, Cobalt, Nikel merupakan
bahan / mineral yang bersifat ferromagnetik. Atom-atom penyusunnya mempunyai
momen magnet dan interaksi antar atom-atom tetangganya begitu kuat, sehingga
momen semua atom dalam suatu daerah mengarah sesuai dengan medan magnet luar yang diimbaskan.
Bahan magnetik yang bersifat
ferromagnetic lebih banyak memiliki kulit electron yang hanya diisi oleh satu
electron dibandingkan batuan yang bersifat paramagnetik, sehingga material ferromagnetik
akan lebih mudah terinduksi oleh medan
magnet luar.
4. ferrimagnetik
Pada umumnya mineral dengan sifat
kemagnetan tinggi di alam bersifat ferrimagnetik. Bahan-bahan dikatakan
ferrimagnetik bila momen magnet pada dua daerah magnet saling berlawanan arah
satu sama lain, tetapi garis gaya
magnet tidak nol saat H=0. Ini menunjukan adanya gaya magnet yang lebih kuat yang mendominasi
daripada yang lainnya.
5. Antiferromagnetik
Suatu bahan mineral akan bersifat
antiferromagnetik pada saat kemagnetan benda ferromagnetic naik sesuai dengan
kenaikan temperatur yang kemudian hilang setelah temperatur mencapai titik
Curie (4000C-7000C). Harga momen magnetik sangat kecil
hingga nol, karena momen magnet saling tolak-menolak dan berlawanan arah. Nilai
suseptibilitasnya (k) sangat kecil seperti batuan / mineral yang bersifat paramagnetik,
misalnya hematite.
Susceptibilitas Magnet pada Batuan dan Mineral
Mineral ferrimagnetik merupakan
sumber utama dari anomali magnetik lokal, telah dilakukan percobaan untuk
membuat persamaan hubungan antara susceptibilitas batuan dengan konsentrasi Fe3O4.
Kemagnetan pada batuan sebagian di sebabkan oleh imbasan dari suatu gaya magnet yang berasosiasi dengan medan magnet bumi dan sebagian dari
kemagnetan sisa. Kemagnetan imbas suatu formasi batuan merupakan suatu fungsi
darikerentanan magnet volume k( volume mgnetic susceptibility), serta besar dan
arah dari magnet yang mengimbas.
Suatu benda yang mudah terimbas
oleh medan magnet
luar memiliki kerentanan magnet yang tinggi. Unsur-unsur yang mengontrol
kerentanan magnet batuan diantaranya adalah jumlah serta ukuran butir dan
penyebaran mineral ferrimagnetik yang terkandung.
Harga kerentanan magnet (k) untuk
tiap sampel batuan berbeda-beda. Batuan beku dan batuan metamorf pada umumnya
mempunyai harga “k” yang relatif besar dibandingkan dengan sedimen. Batuan
basa dan ultrabasa mempunyai harga “k” paling tinggi, batuan gunung api asam
dan batuan metamorf mempunyai kerentanan magnet sedang hingga rendah, dan
batuan sedimen pada umumnya mempunyai kerentanan magnet yang sangat rendah.
Kemagnetan Sisa (Remanent Magnetism)
Kemagnetan batuan bergantung pada
medan magnet
yang dimiliki bumi dan kemagnetan batuan / mineral itu sendiri. Kemagnetan sisa
yang terjadi saat pembentukan batuan disebut kemagnetan sisa alami (Natural Remanent Magnetism / NRM) dan di
bagi menjadi dua bagian yaitu:
1.
Kemagnetan sisa alami primer. Terdiri dari
tiga komponen utama, yaitu:
a) Kemagnetan Sisa Kimia (Chemical Remanent Magnetism / CRM)
Kemagnetan sisa
kimia terbentuknya ketika ukuran butiran batuan magnetik mengalami perubahan
(rekristalisai), sebagai akibat proses kimia pada temperatur jauh dibawah titik
Curie (4000C-7000C) dari satu bentuk ke bentuk lainnya.
b) Kemagnetan Sisa Panas (Thermoremanent Magnetism / TMR)
Kemagnetan
sisa panas terbentuknya ketika batuan beku mengalami pendinginan dari proses
pemanasan. Dalam beberapa hal TRM dapat berlawanan arah dengan medan magnet bumi.
c) Kemagnetan Sisa Detrial (Detrial Remanent
Magnetism / DRM)
Kemagnetan
sisa detrial terjadi pada saat pembentukan batuan sedimen yang mengandung
mineral ferromagnetik.
2.
Kemagnetan sisa alami sekunder .Terjadi
karena proses kimia, terdiri dari:
a) Kemagnetan Sisa Viskos (Viscous Remanent Magnetism / VRM)
Terbentuk oleh
imbasan medan
magnet luar secara terus menerus dengan temperatur yang berubah-ubah.
b) Kemagnetan Sisa Panas Tetap
(Isotheral Remanent Magnetism / IRM)
Berasal dari suhu tetap yang mendapat imbasan
medan magnet dari luar secara sesaat.
c) Kemagnetan Sisa Deposisional (Depositional Remanent Magnetism)
Merupakan kemagnetan sisa yang terjadi
selama pengandapan butiran batuan dalam suatu lembah atau cekungan yang
mendapat imbasan medan magnet bumi.
Medan Magnet di Alam
Jarum magnet selalu berorientasi pada setiap titik
di sepanjang permukaan bumi. Anomali magnet memiliki arah dan besarannya
sendiri yaitu Inklinasi (I), Deklinasi (D), Medan magnet tegak (Vertikal Magnetic Field / Z), Medan
magnet datar (Horizontal Magnetic Vield /
H), dan Medan Magnet Total (Total
Magnetic Vield / F).
Pada gambar di bawah ini dapat dilihat hubungan
geometris antara Inklinasi, Deklinasi, magnet datar dan medan magnet total.
Dimana : Y = Utara Geografi
H = Magnet Horizontal / Utara / Meridian
magnet setempat (Local Magnetic Meridian)
X = Timur Geografi
Z = Magnet Tegak
T = Magnet Total
Hubungan geometriknya
adalah sebagai berikut:
H = T Cos I
Y = H Cos D
Z = T Sin I
X = H Sin D
X2 + Y2 + Z2 + = H2 + Z2
= T2
Dimana : I = Sudut inklinasi (Sudut yang dibentuk oleh utara magnet
dan magnet total)
D= Sudut deklinasi (Sudut yang
dibentuk antara utara geografi dan utara
magnet)
T = Magnet total
= Magnet bumi
Dalam satuan S.I (Sistem
Internasional) H adalah dalam Ampermeter (Am-1), dalam sistem cgs, H
dinyatakan dalam Oersted. Kuat medan
magnet (H) suatu bahan tergantung dari sistem atom-atom penyusun bahan itu sendiri.
Dan kuat medan magnet yang terukur di permukaan
bumi 90% berasal dari dalam bumi internal field), sedangkan sisanya 10% adalah medan magnet dari kerak
bumi (eksternal field).
MAGNETOMETER
GSM 19T adalah peralatan standar
proton magnetometer / gradiometer yang dirancang supaya bisa di bawa-bawa dengan mudah atau di
gunakan sebagai base station sebagai alat
pengamatan metode geofisika yang
berhubungan dengan medan magnet bumi, dan dapat juga di aplikasikan untuk
pengamatan geoteknik , eksplorasi arkeologi, pengamatan medan magnet, penelitian
gunungapi, dll.
Gambar dari bagian-bagian peralatan Overhauser Magnetometer GSM-19T
AKUISISI DATA
Data dilapangan meliputi posisi
titik pengamatan, serta nilai medan magnet total bumi dengan satuan
nano tesla (nT) dari hasil pengukuran alat Magnetometer
di lapangan dan di Base Station.
Base Station
Base station berfungsi sebagai pengamatan medan magnet disatu tempat secara
berkesinambungan dengan cara menempatkan alat magnetometer di suatu tempat yang
relatif rendah dari gangguan dan tidak berpindah-pindah dengan setingan
pembacaan waktu tertentu. Di bawah ini merupakan contoh kurva dari pembacaan di
Base station:
Field Acquisition
Selain data base, yang utama
adalah data lapangan yang didapat dari hasil pengamatan dengan menggunakan alat
magnetometer di titik tertentu pada area yang diinginkan, suapaya dapat diketahui
penyebaran nilai anomalimagnetnya di daerah tersebut, seperti contoh gambar di bawah
ini:
The king casino no deposit bonus, free spins, bitcoin - CommunityKhabar
BalasHapusNo deposit bonus, herzamanindir.com/ free spins, bitcoin. No deposits bonus. No withdrawals, bitcoin communitykhabar no deposit kadangpintar bonuses, free spins, bitcoin, https://tricktactoe.com/ 10k หาเงินออนไลน์ followers.